Jumat, 14 Juni 2013

Insomnia dan Depresi

Depresi merupakan suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan sedih atau perasaan yang buruk dalam diri individu, dikatakan sebagai gangguan depresi bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-hari. Beberapa gejala gangguan gepresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, kehilangan minat dan semangat, malas beraktivitas, tidak memiliki motivasi dan mengalami gangguan pola tidur seperti insomnia.

Seperti diketahui bahwa Insomnia adalah gangguan dimana penderitanya memiliki kesulitan untuk memulai tidur atau ketidak-mampuan dalam mempertahankan tidurnya. Insomnia merupakan keluhan gangguan tidur yang paling sering kita dengar entah di majalah, televisi, koran atau bahkan dalam obrolan kita sehari-hari. Secara normal manusia tidur selama 8 jam untuk mengembalikan energi yang telah terkuras seharian, berarti jika seseorang tidur dengan waktu kurang dari itu maka seseorang tersebut tidak mengisi kembali tenaganya dengan penuh, sehingga rutinitas yang dijalani pada siang hari tidak berjalan dengan semestinya.

 
Insomnia selama ini dipercaya sebagai bentuk gangguan yang menyertai depresi dan berbagai macam gangguan lain seperti kecemasan dan stres. Selama ini juga kita percaya bahwa seseorang tidak dapat tertidur pada malam hari disebabkan oleh pikiran mereka yang melayang jauh menerawang pada kekhawatiran tanpa sebab (kecemasan), memikirkan kesedihan, kegagalan dan penyesalan secara berlebihan (depresi), dan ini-itu yang dipikirkan mendalam (stres).

Namun kini ternyata ditemukan bukti penelitian bahwa Insomnia bukan hanya sebagai teman yang muncul bersamaan dengan kecemasan, depresi dan stres, melainkan dimungkinkan bahwa insomnia merupakan penyebab dari depresi itu sendiri. Hal ini diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari North Carolina, Eric Johnson, yang melakukan penelitiannya pada Research Triangle Institute International pada tahun 2006, Ia menemukan dalam penelitiannya bahwa setengah dari remaja yang pernah mengalami gangguan Insomnia didapati mengembangkan gangguan psikiatris. Diantara itu semua, mereka yang mengalami Insomnia dan depresi, ditemukan bahwa 69% dari kasus depresi diawali dengan insomnia sebelumnya.

Michael Perlis, peneliti tentang insomnia dari Universitas Rochester memiliki pendapat bahwa walau penyebab paling mendasar dari insomnia dan depresi masih belum jelas, namun suatu teori tentang neurotransmiter dapat menjelaskan mengapa Insomnia mengawali depresi. Mengacu pada serotonin, sebuah hormon didalam otak manusia dimana fungsinya membantu dalam pengaturan Mood dan waktu tidur, serta berhubungan dengan suhu tubuh, nafsu makan dan berbagai macam fungsi lain. Dimana ketika seseorang berada pada kadar serotonin yang meningkat maka akan merasakan kantuk, kebalikannya ketika kadarnya menurun pada waktu yang cukup panjang maka seseorang mengalami gejala Insomnia. Selain itu juga kadar serotonin yang rendah merupakan pemicu terjadinya depresi.

Pendapat tentang insomnia sebagai penyebab depresi masih banyak ditentang oleh beberapa kalangan, dengan mengatakan bahwa asal mula dari Insomnia dan depresi sebenarnya berasal dari kecemasan yang mana memungkinkan insomnia untuk muncul terlebih dahulu sebelum depresi, mengingat depresi sendiri membutuhkan waktu untuk berkembang. Perdebatan dan penelitian akan terus berlanjut seperti menebak mana yang lebih dahulu ada antara ayam dan telur. Namun keterkaitan antara insomnia dan depresi sendiri jelas tidak tersangkalkan.

Berpegang pada bukti yang diperoleh tentang tidur, dimana tidur yang bermasalah jika berlangsung secara terus menerus dapat menumbuh-kembangkan gangguan depresi, dan juga kebalikannya tidur secara teratur dan cukup dapat melawan kemungkinan seseorang untuk mengalami gangguan mood. Selain itu juga insomnia lebih mudah untuk dihilangkan daripada merawat depresi, dengan demikian maka dengan berusaha untuk tidur secara teratur dapat menjadikan kita untuk lebih terhindar dari berbagai macam gangguan lain.

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindari kesulitan tidur:
1. Menghindari kopi (kafein) sebelum waktu tidur.
2. Menghindari rokok sebelum waktu tidur.
3. Berolahraga secara teratur.
4. Mengatur waktu tidur.
5. Tidak mengkonsumsi alkohol sebelum tidur.
6. Mengurangi tidur siang.
7. Mereduksi kecemasan dengan beragai cara seperti relaksasi.
8. Tidak hanya diam saat anda tidak dapat tidur, seperti membaca buku, mendengarkan musik, menonton televisi.
9. Tidurlah sampai matahari terbit, diakarenakan berdasar pada ritme arcardian tubuh bereaksi terhadap cahaya terang.
10. Jika terjadi secara terus menerus maka hubungilah dokter atau ahli kesehatan kepercayaan Anda.



Melakukan tindakan sebelum berkembangnya gangguan tidur seperti insomnia yang bersifat kronis, yang juga dapat menujukan pada keadaan depresif, maka mengambil tindakan lebih awal dalam mengatur irama tidur adalah penting untuk dilakukan, mengingat kembali bahwa menangani gangguan tidur adalah lebih mudah daripada menangani gangguan depresi. Seperti dilaporkan, tentang perkembangan gejala depresi adalah terjadinya perubahan dalam mood, perubahan dalam perhatian dan yang terakhir adalah perubahan dalam pola tidur. Dengan demikian dengan berusaha selalu untuk mendapatkan tidur berkualitas pada setiap malam secara teratur dapat membantu kita menjadi manusia yang baik dalam beraktifitas dikeseharian, secara optimal dan sehat baik itu secara fisik maupun psikologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar