Jumat, 28 Juni 2013

Gangguan Kepribadian : Narsisme

Narsistik berasal dari sebuah mitologi Yunani, Narcissus yang begitu bangga akan ketampanan dirinya. Suatu hari, ia berjalan-jalan ke dalam hutan dan bertemu dengan peri bernama Echo. Tertarik dengan ketampanan Narcissus, Echo menyatakan cinta, namun ditolak. Penolakan ini menyakiti hati Echo, dan membuat ia menangis. Aphrodite, dewi Cinta, mengetahui hal ini dan berusaha membalas Narcissus. Kala Narcissus minum di sebuah sungai, Aphrodite meminta Cupid untuk memanahnya dengan panah cinta. Narcissus pun jatuh cinta pada bayangannya di sungai. Ia mati dengan memandang bayangannya sendiri.


 Gangguan kepribadian narsistik tidak sama dengan percaya diri atau memiliki harga diri yang tinggi. Mereka yang menderita narsistik, memandang tinggi dirinya. Sedangkan orang yang sehat, tidak memandang diri mereka lebih dari yang dinilai orang lain.

Menurut psikoanalisa, gangguan ini muncul karena orangtua kurang menghargai apa yang dilakukan oleh anak dan cenderung menceritakan apa yang telah dicapai orangtua. Misal, bila anak bercerita tentang keberhasilannya mendapat peringkat satu di sekolah, namun orangtua tidak mengapresiasi dan menceritakan apa yang terjadi di kantor.

Terdapat berbagai faktor penyebab seseorang cenderung menjadi narsis. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor keturunan dan faktor persekitaran. Narsis biasanya timbul akibat daripada pujian dan penghormatan yang diterima berulang kali daripada individu lain. Sebagai contoh, seseorang akan berasa dirinya cantik karena acapkali menerima pujian bahawa dirinya cantik meskipun pada awalnya dia tidak merasa dirinya sedemikian. Narsis tidak hanya termanifestasi pada perilaku yang gemar memuji dirinya sendiri, kerap menghadap cermin atau kerap bergaya persis model, tetapi juga terdapat implikasi lain daripada sikap narsis itu sendiri.

Menurut Hidayat (2004), narsisme merupakan gangguan kepribadian dan merupakan gangguan jiwa yang mempunyai prevalensi cukup tinggi, yaitu 5%-15% dan termasuk yang tidak mudah diobati. Penyebabnya diduga karena keturunan atau genetik (dijelaskan melalui penelitian terhadap 15.000 pasangan kembar, satu dan dua telur), temperamental (terkait dengan genetik atau keturunan, dapat diidentifikasi sejak masa kanak-kanak), biologik (hormon, neurotransmitter tertentu) dan psikodinamik (berbagai faktor psikologis).

Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, bilang ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati sama orang lain, sulit memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat, dan kurang rasional. Kedua aspek terakhir inilah yang paling kuat memicu narsisme yang berefek gawat.

Sedangkan tanda-tanda narsis dari Diagnostics and Statistics Manual, Fourth Edition-Text Revision (2000) yang harus kita waspadai untuk tahu apakah kita mengidap narsis atau tidak. Orang narsis merasa dirinya sangat penting dan ingin sekali dikenal oleh orang lain karena kelebihannya. Pengidap narsis juga yakin kalau dirinya unik dan istimewa. Pokoknya tidak ada yang bisa menyamai dirinya. Sisi sering dianggap teman- temannya suka memuji-muji diri sendiri. Gejala lain, mereka selalu ingin dipuji dan diperhatikan. Mereka kurang sensitif terhadap kebutuhan orang lain karena yang ada dalam pikirannya cuma diri sendiri. Ditambah lagi, adanya rasa percaya orang lain itu berpikiran sama dengan dirinya. Orang narsis juga sensitif sekali kalau dikritik. Kritikan kecil bisa berarti sangat besar buat mereka.

Dalam kajian psikologi, secara umum ciri-ciri orang-orang narsistik yaitu antara lain
  • Superior. Superior atau paling hebat tetapi tanpa upaya yang sepadan dengan cita-cita atau kepentingannya itu,
  • Tak berempati, tidak mampu mengenali atau mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain,
  • Iri, sering merasa iri dengan orang lain atau yakin bahwa orang lain iri pada dirinya,
  • Fantasi, dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati,
  • Istimewa, mengganggap diri istimewa dan selalu meminta perlakuan khusus dari orang-orang yang berada disekitanya, meskipun itu merugikan orang lain,
  • Sombong dan congkak, karena merasa dirinya yang paling hebat maka tidak jarang memperlihatkan perilaku atau sikap yang congkak dan sombong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar