Senin, 28 Oktober 2013

Testimoni Saya Mengenai Model UTS Online


Saya sangat tertarik sekali dengan model UTS kali ini. Inilah pertama kalinya saya melakukan ujian dalam bentuk online via e-mail. Jika dikaitkan dengan teori kreativitas, terutama dengan pendekatan 4P, ujian model online ini sangat menarik.

Di awali dengan 'person' yaitu saya sendiri, saya sangat tertarik dan bersemangat untuk mengikuti ujian online ini. Banyak keuntungan yang bisa saya peroleh dari model baru ujian ini. Saya bisa mengeksplorasi pengetahuan saya dengan lebih baik karena ujian sifatnya 'open book' dan saya bisa menjawabnya kapan saja asalkan tidak melebihi waktu yang telah disepakati.

Dari segi 'press', dorongan yang diberikan dalam bentuk kecemasan saya dalam menunggu soal selanjutnya. Rasa khawatir saya dalam menunggu e-mail balasan dari dosen membuat saya semakin semangat dalam menjawab soal dengan lebih baik lagi, karena dalam e-mail balasan tersebut juga berisikan 'feedback' terhadap jawaban saya.

Pada 'process', saya melakukannya sesuai dengan perkiraan waktu yang telah saya buat. Waktu yang diberikan selama 3 hari, saya menggunakan sehari dalam menjawab 1 soal. Dan itu sudah cukup lebih bagi saya di mana di sisi lain saya juga harus menunggu balasan e-mail dari dosen. Sebenarnya jika kita tidak menunda-nunda pengerjaan soal, bisa mengendalikan dan mengatur waktu dengan baik dan tepat, kita pasti bisa selesai mengerjakan seluruh soal dengan tepat waktu.

Kemudian, 'product' yang saya hasilkan berupa jawaban saya untuk setiap soal yang diberikan. Saya sudah berusaha menjawab dengan maksimal dan saya juga membaca buku setiap ingin membuat jawaban saya.


Rabu, 23 Oktober 2013

Penilaian Kreativitas dalam Mengarang

Berikut karangan bebas saya selama 15 menit.

Tiga Keinginan

Jika saya diberi kesempatan, ada tiga keinginan yang ingin saya wujudkan. Yang pertama, jika saya diberi kemampuan akademik dan prestasi yang sangat luar biasa, saya akan melanjutkan pendidikan saya di luar negeri dan tentunya masih dalam bidang Psikologi. Jika disuruh memilih, mungkin saya akan memilih negara Australia karena saya sangat tertarik pada negara tersebut. Negara pilihan lain saya adalah Inggris. Saya ingin membuat kedua orang tua saya bangga kepada saya. Setelah menyelesaikan pendidikan, saya akan kembali ke Indonesia dan mudah-mudahan bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik.

Keinginan kedua adalah saya ingin keliling Indonesia bersama kedua orang tua saya dan kedua adik saya. Kami akan mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di seluruh penjuru Indonesia. Kami akan berlibur ke pantai dan danau yang ada di Indonesia. Saya sangat menyukai wisara air. Selain itu, kami akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di Indonesia. Dan jika ada rezeki berlebih, saya juga ingin keliling dunia bersama keluarga saya. Misalnya ke Korea, Prancis, Belanda, dan Australia.

Adapun keinginan ketiga saya yaitu saya ingin bertemu dengan Bondan Prakoso. Bondan Prakoso merupakan musisi hebat yang juga menajdi inspirator saya. Saya sangat mengagumi karya-karyanya. Betapa bahagianya saya jika saya dapat bertemu langsung dengan idola saya tersebut.

Itulah tiga keinginan yang saya ingin wujudkan. Betapa senang dan bahagianya, serta bangganya saya jika saya dapat mewujudkan ketiga keinginan tersebut.



Penilaian :
  • Kelancaran : lebih dari 200 kata
  • Kelenturan : kalimat yang ada dalam bentuk sederhana, menggunakan kalimat yang panjang yang terdiri lebih dari 10 kata. Kalimat mengandung fantasi yang menunjukkan daya khayal tentang hal-hal yang tidak terjadi dikehidupan nyata.
  • Orisinalitas : gaya pemikiran karangan menunjukkan keaslian karena langsung dikarang oleh penulis.
  • Kerincian : karangan diceritakan dengan lebih menunjukkan realita sehingga tampak lebih nyata. Adanya emosi dan melibatkan unsur pribadi

Selasa, 22 Oktober 2013

Konsep Performa Kreativitas Kelompok

Kelompok 3 Mata Kuliah Kreativitas
Teori Wallas merupakan salah satu teori tentang proses kreatif. Teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam buku The Art of Thought (Piirto,1992) menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu :
1. Persiapan
2. Inkubasi
3. Iluminasi
4. Verifikasi

Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Kami dalam merancang konsep performa kreatif kelompok telah melewati tahap ini. Di awal saat menerima kontrak kuliah, kami sudah memikirkan akan mempersembahkan penampilan seperti apa dan bagaimana.
Pada tahap kedua, kegiatan mencari data atau informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi adalah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi "mengeramnya" dalam alam pra sadar. Kami juga telah melewati tahap ini. Pada saat itu, kami sibuk dengan tugas individu masing-masing dan melupakan sejenak mengenai konsep performa yang ingin kami tampilkan nantinya.
Tahap iluminasi adalah tahap timbulnya "insight", timbulnya inspirasi atau gagasan baru, serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru tersebut. Tahap ini terjadi pada kami saat sekita seminggu menjelang UTS. Saat itu, muncullah kesepakatan inspirasi mengenai konsep performa kreatif yang akan kami tampilkan.
Tahap terakhir yaitu tahap verifikasi atau tahap evaluasi. Pada tahap ini, ide atau inspirasi kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Kami akan menuju tahap ini dan akan melewati tahap ini saat kami telah menampilakan performa kreatif kelompok di kelas Kreativitas nanti.

Tujuan dan Manfaat Pembuatan Karya Kreativitas
= Memberikan pesan moral yang tidak menggurui dengan cara yang lebih akrab
= Sebagai media untuk mengekpresikan kreativitas kelompok
= Sebagai pembelajan untuk mengembangkan kreativitas

Perencanaan :
Banyak sekali kita liat sekarang fenomena yang terjadi di sekitar kita, mulai dari yang sudah berumur, belum berumur, atau sedang berumur tidak mengindahkan segala peraturan yang telah ditetapkan. Kita liat saja di jalanan sekarang sudah bagaimana? Semberautnya sudah tidak bisa di deskripsikan lagi, salip sana, salip sini, jalan terus walaupun lampu di pinggiran jalan menyala merah meriah, tidak jarang yang sengaja menghidupkan bunyi klakson pada saat si merah itu muncul. Nah, mungkin untuk menyadarkan betapa pentingnya tata tertib ketika kita sedang berada di jalanan adalah dengan cara menyuguhkan sebuah tontonan yang ringan tetapi berpesankan moral yang jauh dari sifat menggurui. Kami akan mempersembahkan sebuah performa kreatif berupa drama singkat yang bertemakan “Ugal-ugalan Membawa Derita”. Di sini kami merancang konsep sebagai berikut :
- Permata Ismawarni Putri sebagai pengemudi motor
- Livi Yohana sebagai pengemudi motor
- Eka Sartika sebagai rambu lalu lintas
- Muthia Audina sebagai polisi lalu lintas

Rangkaian drama yang akan kami tampilkan adalah :
Ada dua orang anak muda dengan gaya “sok keren” tidak mematuhi peraturan lalu lintas dan tidak memakai atribut yang lengkap. Kemudian, ada seorang polisi lalu lintas yang sedang berjaga, polisi tersebut memperingatkan mereka dan hendak menilang motor mereka, tetapi mereka melarikan diri. Ketika mereka kebut-kebutan dalam melarikan diri tiba-tiba saja mereka kecelakaan. Di akhir cerita polisi akan memberikan pesan moral kepada audience.

Nah, apa saja bahan yang akan kami gunakan ?
Kami akan memakai kostum yang tidak biasanya (misalnya: orang yang naik motor memakai baju yang tidak biasa, polisi dsb), semua wajah aktor akan ditutup dengan kardus yang berbentuk wajah lucu dan ada yang menjadi rambu lalu lintas.

Minggu, 13 Oktober 2013

Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pengembangan Kreativitas Anak

Karakteristik Keluarga yang Kreatif

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dacey, terdapat kesimpulan yang dapat diambil mengenai beberapa karakteristik keluarga yang kreatif. Dalam keluarga yang orang tuanya dinilai kreatif, lebih dari setengah anak mereka juga di atas rata-rata dalam kreativitas. Dalam keluarga dengan remaja yang kreatif,orang tua tidak banyak menentukan aturan perilaku. Kemudian banyak di antara remaja yang kreatif pernah mengalami masa krisis atau trauma dalam kehidupan keluarganya. Adanya humor dalam kehidupan keluarga turut menunjukkan bahwa keluarga tersebut kreatif. Keluarga yang kreatif lebih sering pindah rumah dibandingkan keluarga yang tidak kreatif. Orang tua yang merasakan anaknya kreatif akan mendorong dan memberikan banyak kesempatan agar si anak dapat mengembangkan bakat. Gaya hidup dan penilaian orang tua terhadap kreativitas anak juga berpengaruh.

Dalam keluarga saya, kedua orang tua saya tidak memberikan banyak aturan yang harus dipatuhi. Kedua orang tua saya memberikan kebebasan yang harus disertai tanggungjawab bagi setiap kegiatan anak-anaknya. Saya dan keluarga juga pernah mengalami krisis dalam kehidupan keluarga kami. Kami pernah pindah rumah sebanyak 2 kali dan itu menambah pengalaman kehidupan saya. Di waktu luang dan kami berkumpul bersama, ayah saya sangat suka membuat humor, yang kemudian disambut oleh adik saya. Humor tersebut mencairkan suasana keluarga.

Menurut Amabile, ada beberapa faktor yang menentukan bagaimana sikap orang tua mempengaruhi kreativitas anak. Faktor-faktor tersebut adalah kebebasan, respek, kedekatan emosional yang sedang, menghargai prestasi, bukan angka, orang tua aktif dan mandiri. Orang tua yang memberikan kebebasan dan tidak otoriter kepada anaknya cenderung mempunyai anak yang kreatif. Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati dan menghargai keunikan dan kelebihan anak. Anak juga perlu merasa diterima dan disayangi sebagaimana mestinya, tidak diabaikan dan tidak pula terlalu dimanjakan. Orang tua merupakan model utama bagi anak. Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari kedua orang tuanya.

Kedua orang tua saya tidak terlalu membatasi kegiatan anak-anaknya. Selain itu, kami sebagai anak-anak mereka tidak pernah terlalu dimanjakan. Kedua orang tua saya juga orang yang aktif dan mandiri. Namun, Ibu saya cenderung menginginkan nilai yang tinggi pada adik saya yang terakhir. Beliau terlalu memberikan patokan sehingga "press" yang diberikan kepada adik saya sangat kuat.

Karakteristik Guru dalam Pendidikan Anak Berbakat

Daftar ciri guru anak berbakat yang dihimpun oleh Davis ( dikutio Sisk, 1987 ) menyebutkan ciri-cirinya antara lain kompetensi dan minat untuk belajar, kemahiran dalam mengajar, adil dan tidak memihak, sikap kooperatif demokratis, fleksibilitas, rasa humor, menggunakan penghargaan dan pujian, memiliki minta yang luas, memberikan perhatian terhadap masalah anak, penampilan dan sikap yang menarik. Maker (1982) membagi karakteristik guru anak berbakat menjadi tiga kelompok, yaitu filosofis, profesional, dan pribadi. Karakteristik filosofis perlu dipertimbangkan dalam seleksi guru anak berbakat. Menurut Wellborn (dikutip Sisk, 1987), guru mengalami kesulitan filosofis dengan upaya pengembangan kreativitas di dalam kelas. Karakteristik profesional dari guru dapat dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan. Dan karakteristik pribadi guru anak berbakat meliputi motivas, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan fleksibilitas.

Dari ciri-ciri yang disebutkan di atas, sebagaian ada yang dimiliki oleh guru-guru saya, baik guru SMP maupun guru SMA. Saat saya SMP saya mempunyai guru Fisika yang sangat mahir dalam mengajar. Beliau merupakan guru senior di sekolah saya. Beliau sangat menguasi materi yang dibawakannya. Beliau yang merupakan wali kelas saya saat kelas 3 SMA ini sangat adil dan demokratis. Selain Beliau, guru Biologi saya saat SMP merupakan guru yang sangat care terhadap murid-muridnya. Beliau menunjukkan perhatian yang sangat besar di saat saya menghadapi masalah. Di SMP, saya juga memiliki guru Komputer dan Bahasa Inggris yang berpenampilan menarik. Sikap dan sifat keduanya juga menarik dan menyenangkan. Kemudian saat saya SMA, ada guru Matematika saya yang memiliki rasa humor yang sangat tinggi. Beliau juga merupakan orang yang sangat fleksibel.

Karakteristik Masyarakat yang Kreatif

Kebudayaan creativogenic menurut Arieti (1976) mempunyai karakteristik antara lain tersedianya sarana-prasarana kebudayaan, keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan, penekanan pada becoming, tidak hanya pada being, kesempatan bebas terhadap media kebudayaan, kebebasan dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan, menghargai dan dapat mengintegrasi rangsangan dari kebudayaan yang berbeda, toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen, interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti, dan adanya insentif, penghargaan atau hadiah.

Menurut Simonton (1978), ada tujuh perubah yang mempengaruhi kreativitas individu, yaitu pendidikan formal, adanya model peran, fragmentasi politis, keadaan perang, gangguan sipil, Zeitgeist, dan ketidakstabilan politis.

Pendapat dan gagasan beberapa pakar Indonesia mengenai kaitan dan peranan faktor-faktor sosial-budaya dengan pengembangan kreativitas anggota masyarakat menunjukkan kesamaan dengan temuan pakar dan peneliti di luar negeri sehubungan dengan kondisi sosial-budaya yang menunjang atau menghambat kreativitas bangsa. Faktor penentu yang dimaksud antara lain adanya interaksi antara dua gerak psikologis, yaitu pengendalian konservatif dan tantangan menghadapi pembaruan, perkembangan teknologi tingkat tinggi yang digunakan secara efektif, keterbukaan terhadap rangsangan budaya baru yang memungkinkan pembuahan silang antarsistem budaya, adanya kebebasan untuk ungkapan kreatif dan komunikasi, dan keterpaduan kebudayaan Indonesia yang baru dengan kebudayaan dunia yang sedang tumbuh.

Pada saat saya masih SD dan SMP, tidak begitu banyak kursus, sanggar ataupun pelatihan yang digunakan sebagai tempat pengembangan bakat. Saat saya SMA, mulai banyak tempat-tempat untuk pengembangan bakat dan talenta. Misalnya, sanggar tari. Teman-teman saya sewaktu SMA pernah bergabung disalah satu sanggar tari. Mereka berlatih dengan tekun hingga akhirnya mereka menampilkan tarian yang sangat memukau penonton.

Kemudian, setelah saya pindah ke Medan, saya semakin banyak menemui tempat-tempat, organisasi, ataupun komunitas sebagai wadah pengembangan bakat. Di Fakultas saya, saya bergabung di Psychestra Harmony, yang merupakan kelompok paduan musik angklung. Kami juga pernah berada di satu event dengan Medan Talent School atau yang lebih dikenal dengan MTS. MTS ini mewadahi banyak bakat dan talenta yang sangat kreatif dan unik.  Misalnya, acting, vocal, magic, shuffle, fire art, beatbox, parkour, dan masih banyak lagi.

Sekarang, makin tampak peran serta masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta anak berbakat dalam berbagai bidang dengan menyelenggarakan kursus, pelatihan, sanggar, dan sebagainya.

Setiap anak pastilah memiliki bakat dan talenta dalam dirinya. Untuk mengembangkan bakat dan talenta yang dimiliki seorang anak, haruslah dimulai dari keluarganya terlebih dahulu. Keluarga yang memiliki karakteristik kreatif, cenderung akan memiliki anak yang kreatif pula. Selain itu, lingkungan sekolah dan masyarakat juga turut berperan serta dalam membentuk dan mengembangkan bakat dan talenta anak. Ketiga komponen tersebut penting jika ingin mengembangkan kreativitas anak.

Minggu, 06 Oktober 2013

Resume 3 Kreativitas : Peranan Keluarga dalam Mengembangkan Bakat & Kreativitas Anak

Menurut Amabile dalam model tentang Persimpangan Kreativitas, keberhasilan kreativitas ditentukan oleh tiga faktor yang saling berkait, yaitu keterampilan dalam bidang tertentu, keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik.

Penelitian Dacey (1989) dengan membandingkan karakteristik keluarga, menunjukkan peran yang sangat besar dari lingkungan keluarga. Dalam keluarga yang memiliki remaja yang kreatif, tidak banyak aturan yang diberlakukan dibandingkan keluarga yang biasa. Banyak di antara remaja yang kreatif pernah mengalami masa krisis dan trauma dalam kehidupannya. Sifat humor juga merupakan ciri yang sering nampak dalam kehidupan keluarga yang kreatif. Lebih dari setengah remaja yang memiliki tingkat kreativitas yang sangat tinggi karena mempunyai orang tua yang sangat kreatif. Orang tua yang menyadari bahwa anaknya mempunyai kreativitas yang sangat tinggi pada usia dini cenderung mendorong dan memberikan kesempatan bagi si anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya. Kebanyakan dari orang tua yang mempunyai keluarga kreatif mempunyai hobi yang dikembangkan disamping karier mereka.Remaja yang kreatif cenderung lebih bekerja keras dibanding remaja yang biasa saja. Pada kelompok remaja yang kreatif, belahan otak kanan lebih mendominasi pikiran mereka. Dalam studi ini, tidak tampak perbedaan antara jenis kelamin dalam skor kreativitas.


Beberapa penelitian di Indonesia mengenai hubungan antara latar belakang keluarga, tingkat pendidikan orang tua, nilai-nilai yang ditanamkan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak, pada umumnya memperkuat teori dan hasil penelitian di luar negeri mengenai faktor-faktor penentu dalam meningkatkan bakat dan kinerja kreatif anak.

Sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak adalah dengan memberikan kebebasan pada anak, menghormati keunikan anak, mempunyai hubungan emosional tetapi tidak menyebabkan ketergantungan, lebih menghargai prestasi anak, menjadi aktif, mandiri, dan menghargai kreativitas anak, dan menjadi model yang baik bagi anak. Di sisi lain, orang tua dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang cenderung kurang pemahaman sehingga mereka kurang pemahaman dan lebih mementingkan perkembangan skolastik dan daya ingat daripada imajinasi dan kreativitas anak.


Dari beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak sangat berbeda dari sikap orang tua yang tidak mementingkan perkembangan kreativitas anak. Peran orang tua dan keluarga sangat penting sebagai pendukung program anak berbakat di sekolah.