Karakteristik Keluarga yang Kreatif
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dacey, terdapat kesimpulan yang dapat diambil mengenai beberapa karakteristik keluarga yang kreatif. Dalam keluarga yang orang tuanya dinilai kreatif, lebih dari setengah anak mereka juga di atas rata-rata dalam kreativitas. Dalam keluarga dengan remaja yang kreatif,orang tua tidak banyak menentukan aturan perilaku. Kemudian banyak di antara remaja yang kreatif pernah mengalami masa krisis atau trauma dalam kehidupan keluarganya. Adanya humor dalam kehidupan keluarga turut menunjukkan bahwa keluarga tersebut kreatif. Keluarga yang kreatif lebih sering pindah rumah dibandingkan keluarga yang tidak kreatif. Orang tua yang merasakan anaknya kreatif akan mendorong dan memberikan banyak kesempatan agar si anak dapat mengembangkan bakat. Gaya hidup dan penilaian orang tua terhadap kreativitas anak juga berpengaruh.
Dalam keluarga saya, kedua orang tua saya tidak memberikan banyak aturan yang harus dipatuhi. Kedua orang tua saya memberikan kebebasan yang harus disertai tanggungjawab bagi setiap kegiatan anak-anaknya. Saya dan keluarga juga pernah mengalami krisis dalam kehidupan keluarga kami. Kami pernah pindah rumah sebanyak 2 kali dan itu menambah pengalaman kehidupan saya. Di waktu luang dan kami berkumpul bersama, ayah saya sangat suka membuat humor, yang kemudian disambut oleh adik saya. Humor tersebut mencairkan suasana keluarga.
Menurut Amabile, ada beberapa faktor yang menentukan bagaimana sikap orang tua mempengaruhi kreativitas anak. Faktor-faktor tersebut adalah kebebasan, respek, kedekatan emosional yang sedang, menghargai prestasi, bukan angka, orang tua aktif dan mandiri. Orang tua yang memberikan kebebasan dan tidak otoriter kepada anaknya cenderung mempunyai anak yang kreatif. Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati dan menghargai keunikan dan kelebihan anak. Anak juga perlu merasa diterima dan disayangi sebagaimana mestinya, tidak diabaikan dan tidak pula terlalu dimanjakan. Orang tua merupakan model utama bagi anak. Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari kedua orang tuanya.
Kedua orang tua saya tidak terlalu membatasi kegiatan anak-anaknya. Selain itu, kami sebagai anak-anak mereka tidak pernah terlalu dimanjakan. Kedua orang tua saya juga orang yang aktif dan mandiri. Namun, Ibu saya cenderung menginginkan nilai yang tinggi pada adik saya yang terakhir. Beliau terlalu memberikan patokan sehingga "press" yang diberikan kepada adik saya sangat kuat.
Karakteristik Guru dalam Pendidikan Anak Berbakat
Daftar ciri guru anak berbakat yang dihimpun oleh Davis ( dikutio Sisk, 1987 ) menyebutkan ciri-cirinya antara lain kompetensi dan minat untuk belajar, kemahiran dalam mengajar, adil dan tidak memihak, sikap kooperatif demokratis, fleksibilitas, rasa humor, menggunakan penghargaan dan pujian, memiliki minta yang luas, memberikan perhatian terhadap masalah anak, penampilan dan sikap yang menarik. Maker (1982) membagi karakteristik guru anak berbakat menjadi tiga kelompok, yaitu filosofis, profesional, dan pribadi. Karakteristik filosofis perlu dipertimbangkan dalam seleksi guru anak berbakat. Menurut Wellborn (dikutip Sisk, 1987), guru mengalami kesulitan filosofis dengan upaya pengembangan kreativitas di dalam kelas. Karakteristik profesional dari guru dapat dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan. Dan karakteristik pribadi guru anak berbakat meliputi motivas, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan fleksibilitas.
Dari ciri-ciri yang disebutkan di atas, sebagaian ada yang dimiliki oleh guru-guru saya, baik guru SMP maupun guru SMA. Saat saya SMP saya mempunyai guru Fisika yang sangat mahir dalam mengajar. Beliau merupakan guru senior di sekolah saya. Beliau sangat menguasi materi yang dibawakannya. Beliau yang merupakan wali kelas saya saat kelas 3 SMA ini sangat adil dan demokratis. Selain Beliau, guru Biologi saya saat SMP merupakan guru yang sangat care terhadap murid-muridnya. Beliau menunjukkan perhatian yang sangat besar di saat saya menghadapi masalah. Di SMP, saya juga memiliki guru Komputer dan Bahasa Inggris yang berpenampilan menarik. Sikap dan sifat keduanya juga menarik dan menyenangkan. Kemudian saat saya SMA, ada guru Matematika saya yang memiliki rasa humor yang sangat tinggi. Beliau juga merupakan orang yang sangat fleksibel.
Karakteristik Masyarakat yang Kreatif
Kebudayaan creativogenic menurut Arieti (1976) mempunyai karakteristik antara lain tersedianya sarana-prasarana kebudayaan, keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan, penekanan pada becoming, tidak hanya pada being, kesempatan bebas terhadap media kebudayaan, kebebasan dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan, menghargai dan dapat mengintegrasi rangsangan dari kebudayaan yang berbeda, toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen, interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti, dan adanya insentif, penghargaan atau hadiah.
Menurut Simonton (1978), ada tujuh perubah yang mempengaruhi kreativitas individu, yaitu pendidikan formal, adanya model peran, fragmentasi politis, keadaan perang, gangguan sipil, Zeitgeist, dan ketidakstabilan politis.
Pendapat dan gagasan beberapa pakar Indonesia mengenai kaitan dan peranan faktor-faktor sosial-budaya dengan pengembangan kreativitas anggota masyarakat menunjukkan kesamaan dengan temuan pakar dan peneliti di luar negeri sehubungan dengan kondisi sosial-budaya yang menunjang atau menghambat kreativitas bangsa. Faktor penentu yang dimaksud antara lain adanya interaksi antara dua gerak psikologis, yaitu pengendalian konservatif dan tantangan menghadapi pembaruan, perkembangan teknologi tingkat tinggi yang digunakan secara efektif, keterbukaan terhadap rangsangan budaya baru yang memungkinkan pembuahan silang antarsistem budaya, adanya kebebasan untuk ungkapan kreatif dan komunikasi, dan keterpaduan kebudayaan Indonesia yang baru dengan kebudayaan dunia yang sedang tumbuh.
Pada saat saya masih SD dan SMP, tidak begitu banyak kursus, sanggar ataupun pelatihan yang digunakan sebagai tempat pengembangan bakat. Saat saya SMA, mulai banyak tempat-tempat untuk pengembangan bakat dan talenta. Misalnya, sanggar tari. Teman-teman saya sewaktu SMA pernah bergabung disalah satu sanggar tari. Mereka berlatih dengan tekun hingga akhirnya mereka menampilkan tarian yang sangat memukau penonton.
Kemudian, setelah saya pindah ke Medan, saya semakin banyak menemui tempat-tempat, organisasi, ataupun komunitas sebagai wadah pengembangan bakat. Di Fakultas saya, saya bergabung di Psychestra Harmony, yang merupakan kelompok paduan musik angklung. Kami juga pernah berada di satu event dengan Medan Talent School atau yang lebih dikenal dengan MTS. MTS ini mewadahi banyak bakat dan talenta yang sangat kreatif dan unik. Misalnya, acting, vocal, magic, shuffle, fire art, beatbox, parkour, dan masih banyak lagi.
Sekarang, makin tampak peran serta masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta anak berbakat dalam berbagai bidang dengan menyelenggarakan kursus, pelatihan, sanggar, dan sebagainya.
Setiap anak pastilah memiliki bakat dan talenta dalam dirinya. Untuk mengembangkan bakat dan talenta yang dimiliki seorang anak, haruslah dimulai dari keluarganya terlebih dahulu. Keluarga yang memiliki karakteristik kreatif, cenderung akan memiliki anak yang kreatif pula. Selain itu, lingkungan sekolah dan masyarakat juga turut berperan serta dalam membentuk dan mengembangkan bakat dan talenta anak. Ketiga komponen tersebut penting jika ingin mengembangkan kreativitas anak.